Pages

Sabtu, 02 April 2011

Kerja Keras Demi Pertumbuhan Berkualitas

Headline
Sejauh ini, cadangan devisa negara sudah melampaui Rp100 triliun. Itupun dinilai belum sepenuhnya memberikan jaminan keamanan bagi perekonomian Indonesia . Sebab, saat ini Indonesia masih dipenuhi aliran modal asing yang bisa keluar masuk sesaat atau biasa disebut hot money.
Sementara, dari sisi sektor riil, masih bisa dikatakan jauh dari optimal. Sekarang ini yang sedang naik daun adalah sektor makro. Bisa dilihat dari inflasi rendah, suku bunga turun, kurs rupiah menguat stabil, begitu pula bursa efek yang terus menerus mencetak rekor.


Sayangnya, kondisi tersebut tidak mampu memacu sektor riil untuk melaju. Adanya UU Penanaman Modal yang diharapkan mengangkat investasi belum terlihat betul pengaruhnya. Tapi itu pun sebetulnya juga tergantung dari ekonomi biaya tinggi yang tidak hilang-hilang sejak dulu sampai sekarang, kepastian hukum yang masih setengah-setengah, dan sebagainya.
Pemerintah mengakui pertumbuhan ekonomi belum optimal karena inflasi tinggi dan pertumbuhan rendah di sektor riil. "Supaya dana asing itu bisa betah caranya cuma satu, yakni membuat ekonomi Indonesia menjanjikan keuntungan jangka panjang," ujar ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri, baru-baru ini. Sejauh ini, realisasi investasi di Indonesia masih cukup rendah.
Kondisi ekonomi menunjukkan rapuhnya pondasi pertumbuhan ekonomi negeri ini. Pertumbuhan ekonomi juga kurang berkualitas karena sektor yang tidak diperdagangkan (non-tradable) lebih dominan ketimbang sektor yang bisa diperdagangkan (tradable atau riil). "Disebut kurang berkualitas karena sektor yang tidak diperdagangkan umumnya kurang menyerap tenaga kerja," lanjut Faisal.
Selain itu, hingga saat ini Indonesia masih dibebani banyak utang. Baik itu utang luar negeri maupun dalam negeri. Dengan pondasi yang begitu rapuh, Faisal khawatir Indonesia tidak mampu mengatasi pembalikan modal asing secara besar-besaran (sudden reversal). "Jadi sebaiknya uang panas itu didinginkan," ungkap Faisal.
Faisal memberikan arahan supaya uang panas itu bisa ditekan melalui beberapa tahap. Langkah pertama, yaitu memperbaiki iklim investasi. Langkah kedua, perkuat kaitan sektor riil dan sektor keuangan. Di pasar modal, misalnya, perlu dipacu masuknya emiten baru. "Contoh lain, penerbitan Surat Utang Negara (SUN) seyogianya diprioritaskan untuk investasi pemerintah seperti pembangunan infrastruktur," lanjutnya.
Seperti diketahui, Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan, hingga 10 Maret 2011 cadangan devisa mencapai US$102,02 miliar. Darmin menyebut hal itu sejalan dengan terus membaiknya perekonomian Indonesia. Bahkan, Darmin optimistis cadangan devisa Indonesia hingga akhir tahun bisa mendapai US$110-120 miliar atau tertinggi dalam sejarah Indonesia .
Darmin meyakini posisi cadangan devisa Indonesia saat ini sudah cukup kuat untuk menahan jika terjadi pembalikan modal asing besar-besaran. Menurut Darmin, penguatan cadangan devisa menjadi salah satu alasan Fitch Ratings menaikkan outlook peringkat utang Indonesia dari BB+ Outlook Stabil menjadi BB+ Outlook Positif.
Melalui peningkatan peringkat itu, Indonesia selangkah lagi menuju investment grade. Tantangan untuk itu, yang harus dijawab pemerintah dengan tindakan dan kebijakan yang tepat dan cepat. Dengan melihat hal di atas, pemerintah harus kerja keras menuju pertumbuhan berkualitas. [mdr]
Sejauh ini, cadangan devisa negara sudah melampaui Rp100 triliun. Itupun dinilai belum sepenuhnya memberikan jaminan keamanan bagi perekonomian Indonesia . Sebab, saat ini Indonesia masih dipenuhi aliran modal asing yang bisa keluar masuk sesaat atau biasa disebut hot money.
Sementara, dari sisi sektor riil, masih bisa dikatakan jauh dari optimal. Sekarang ini yang sedang naik daun adalah sektor makro. Bisa dilihat dari inflasi rendah, suku bunga turun, kurs rupiah menguat stabil, begitu pula bursa efek yang terus menerus mencetak rekor.
Sayangnya, kondisi tersebut tidak mampu memacu sektor riil untuk melaju. Adanya UU Penanaman Modal yang diharapkan mengangkat investasi belum terlihat betul pengaruhnya. Tapi itu pun sebetulnya juga tergantung dari ekonomi biaya tinggi yang tidak hilang-hilang sejak dulu sampai sekarang, kepastian hukum yang masih setengah-setengah, dan sebagainya.
Pemerintah mengakui pertumbuhan ekonomi belum optimal karena inflasi tinggi dan pertumbuhan rendah di sektor riil. "Supaya dana asing itu bisa betah caranya cuma satu, yakni membuat ekonomi Indonesia menjanjikan keuntungan jangka panjang," ujar ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri, baru-baru ini. Sejauh ini, realisasi investasi di Indonesia masih cukup rendah.
Kondisi ekonomi menunjukkan rapuhnya pondasi pertumbuhan ekonomi negeri ini. Pertumbuhan ekonomi juga kurang berkualitas karena sektor yang tidak diperdagangkan (non-tradable) lebih dominan ketimbang sektor yang bisa diperdagangkan (tradable atau riil). "Disebut kurang berkualitas karena sektor yang tidak diperdagangkan umumnya kurang menyerap tenaga kerja," lanjut Faisal.
Selain itu, hingga saat ini Indonesia masih dibebani banyak utang. Baik itu utang luar negeri maupun dalam negeri. Dengan pondasi yang begitu rapuh, Faisal khawatir Indonesia tidak mampu mengatasi pembalikan modal asing secara besar-besaran (sudden reversal). "Jadi sebaiknya uang panas itu didinginkan," ungkap Faisal.
Faisal memberikan arahan supaya uang panas itu bisa ditekan melalui beberapa tahap. Langkah pertama, yaitu memperbaiki iklim investasi. Langkah kedua, perkuat kaitan sektor riil dan sektor keuangan. Di pasar modal, misalnya, perlu dipacu masuknya emiten baru. "Contoh lain, penerbitan Surat Utang Negara (SUN) seyogianya diprioritaskan untuk investasi pemerintah seperti pembangunan infrastruktur," lanjutnya.
Seperti diketahui, Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan, hingga 10 Maret 2011 cadangan devisa mencapai US$102,02 miliar. Darmin menyebut hal itu sejalan dengan terus membaiknya perekonomian Indonesia. Bahkan, Darmin optimistis cadangan devisa Indonesia hingga akhir tahun bisa mendapai US$110-120 miliar atau tertinggi dalam sejarah Indonesia .
Darmin meyakini posisi cadangan devisa Indonesia saat ini sudah cukup kuat untuk menahan jika terjadi pembalikan modal asing besar-besaran. Menurut Darmin, penguatan cadangan devisa menjadi salah satu alasan Fitch Ratings menaikkan outlook peringkat utang Indonesia dari BB+ Outlook Stabil menjadi BB+ Outlook Positif.
Melalui peningkatan peringkat itu, Indonesia selangkah lagi menuju investment grade. Tantangan untuk itu, yang harus dijawab pemerintah dengan tindakan dan kebijakan yang tepat dan cepat. Dengan melihat hal di atas, pemerintah harus kerja keras menuju pertumbuhan berkualitas.

sumber: inilah.com

0 komentar:

Posting Komentar